Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

*KUPAS TUNTAS Hukum Memotong Kuku dan Rambut saat Qurban*

Para ulama mazhab fiqh berbeda pendapat tentang hukum memotong kuku dan rambut bagi orang yang  hendak berkurban sejak memasuki sepuluh awal bulan Dzulhijjah menjadi tiga pedapat. Pertama, menurut Mazhab Hanbaliy hukumnya wajib menjaga diri untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku bagi orang yang hendak berkurban sejak masuknya bulan Dzul Hijjah hingga selesai penyembelihan hewab kurban. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW riwayat Muslim dari Ummu Salamah r.a. bahwa Rasulullah SAQ bersabda: (إِذَا رَأَيْتُمْ هِلالَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ ) وفي لفظ له : ( إِذَا دَخَلَتْ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلا يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا. رواه مسلم في صحيحه (“Jika kalian melihat hilal Dzul Hijjah, dan seseorang dari kalian ingin berkurban, maka hendaklah menahan diri (tidak memotong) rambut dan kuku-kukunya”. Dalam redaksi yang lain: “Jika sepuluh hari awal Dzul Hijjah sudah masuk, dan

*KUPAS SURAH AN NAS¹* ( Tafsir Al Baghowi jilid ke 8 hal 599 )

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾ [1] Katakanlah: "Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia [2] Raja manusia. [3] Sembahan manusia. [4] Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, [5] yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, [6] dari (golongan) jin dan manusia. ¹أخرجه ابن مردوية عن عبد الله ابن الزبير - رضي الله عنهما - قال أنزل بالمدينة { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ } أنظر : دار المنثور : ٨/٣٩٦  ¹ dikeluarkan oleh Ibn Mardawiya atas otoritas Abdullah Ibn Al-Zubair - semoga Allah meridhoi mereka berdua - yang mengatakan itu diturunkan di Madinah { قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ.  إِلهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ.} يَعنِي الشَّيطَانُ، يَكُونُ مَصدَرًا أو اِسمًا قال الزَّجَّاجُ* : يعني: الشَّيطَانُ ذَا الوَسوَاسِ الخَّـنَّاسِ الرَّجَّاعِ، وَهُـو

*KUPAS TUNTAS TENTANG HADITS 73 GOLONGAN* ( oleh Syeikh Said Ramadhan Al Buthy )

Kita seringkali menemukan hadits di bawah ini dan membaca klaim dari pihak manapun yang menganggap dirinya atau kelompoknya sebagai SATU-SATUNYA golongan yang disebutkan oleh Nabi saw. Berikut bunyi hadits nya yang ternyata berstatus hadits Hasan Shohih : عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً Hadits Abu Hurairah ra : bahwa Nabi saw bersabda : "Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan."¹ Lalu bagaimana cara kita memahami hadits umat Islam terpecah jadi 73 giliran ini? Bukankah derajatnya memang shahih? Apakah kita mau protes kepada Nabi

*APAKAH DALIL ADALAH ( hanyalah ) NASH AL QUR"AN DAN HADITS?*

Suatu ketika saya ditanya, mana dalil yang mewajibkan qadha shalat dhuhur ketika seorang wanita haidh telah suci di waktu ashar. Saya mencoba menjelaskan bahwa itu merupakan pendapat dari jumhur ulama. Karena shalat dhuhur dan ashar itu satu kesatuan atau satu paket. Maka ketika suci di waktu ashar seseorang juga dikenai kewajiban dhuhur, begitu juga suci di waktu isya seseorang juga dikenai kewajiban maghrib. Bukti dia satu paket adalah disyariahkannya shalat jamak. Dua shalat dalam satu waktu. Dan pendapat para ulama yang muktamad itu sudah merupakan dalil bagi kita yang awam. (Karena saya juga belum tahu dan tidak tahu sampai sekarang dalil dari Al-Quran dan hadis tentang hal tersebut. Melainkan itu adalah hasil ijtihadiyah para ulama). Sebagaimana yang dikatakan Imam An-Nawawi rahimahullah: (إذا بلغ الصبي أو اسلم الكافر أو طهرت الحائض أو النفساء أو افاق المجنون أو المغمى عليه وقد بقى من وقت الصلاة قدر ركعة لزمه فرض الوقت… فان كان ذلك في وقت الصبح أو الظهر أن المغرب لم يلزمه ما قبله

*AR RABI’ Bin SULAIMAN MURID MAM SYAFI'I rhm RANGKING AKHIR dan Metode Pendekatan ala IMAM SYAFI'I rhm*

Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafi'i rhm, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran. Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling slow learner. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya, “Rabi’ Sudah faham paham belum ?” “Belum faham, ”jawab Rabi’. Dengan kesabaranya, sang guru mengulang lagi pelajaranya, lalu ditanya kembali, ”sudah faham belum? Belum. Berulang diterangkan sampai 39x Rabi’ tak juga paham. Merasa mengecewakan gurunya dan juga malu, Rabi’ beringsut pelan-pelan keluar dari majelis ilmu. Selesai memberi pelajaran Imam Syafii mencari Robi’, melihat muridnya. Imam Syafi'i berkata, ”Robi’ kemarilah, datanglah ke rumah saya !”. Sebagai seorang guru, sang imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau mengundangnya untuk belajar secara pri

📋 *TIGA PERANGAI ISTIMEWA DARI AL-IMAM AL-BUKHORI ASY SYAFI'I rhm*

✍🏻 Al-Husain bin Muhammad as-Samarqondy rhm pernah menyampaikan ; كَانَ مُحَمَّدُ بنُ إِسْمَاعِيْلَ مخصوصاً بِثَلاَثِ خِصَالٍ مَعَ مَا كَانَ فِيْهِ مِنَ الخِصَالِ المحمودَةِ: ❝ Dahulu Muhammad bin Isma'il -  al-Imam al-Bukhori Asy Syafi'i - rhm teristimewakan dengan tiga perangai bersamaan dengan hal-hal yang ada pada dirinya dari berbagai perangai yang terpuji (tiga perangai itu adalah -pen); كَانَ قَلِيْلَ الكَلاَمِ، وَكَانَ لاَ يطمعُ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ، وَكَانَ لاَ يشتغِلُ بِأُمُورِ النَّاسِ، كُلُّ شُغْلِهِ كَانَ فِي العِلْمِ. 👉🏻 Beliau orang yang sedikit bicara, 👉🏻 beliau tidak tamak terhadap perkara yang dimiliki manusia, 👉🏻 dan beliau tidak tersibukkan dengan urusan-urusan manusia, seluruh kesibukannya adalah dalam urusan ilmu agama. ❞ 📖 Kitab Siyar A'laamin Nubala hal. 448-449, Jilid 12, Cet. Muassasah Ar-Risalah #Mutiara_Salaf