*KUPAS TUNTAS TENTANG HADITS 73 GOLONGAN* ( oleh Syeikh Said Ramadhan Al Buthy )
Kita seringkali menemukan hadits di bawah ini dan membaca klaim dari pihak manapun yang menganggap dirinya atau kelompoknya sebagai SATU-SATUNYA golongan yang disebutkan oleh Nabi saw.
Berikut bunyi hadits nya yang ternyata berstatus hadits Hasan Shohih :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ :
اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
Hadits Abu Hurairah ra : bahwa Nabi saw bersabda : "Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan."¹
Lalu bagaimana cara kita memahami hadits umat Islam terpecah jadi 73 giliran ini? Bukankah derajatnya memang shahih? Apakah kita mau protes kepada Nabi ﷺ? Bukankah Nabi ﷺ sendiri yang bilang mereka kafir kecuali satu?
Jawabannya cukup banyak dan ada beberapa versi.
Kali ini saya ingin sampaikan apa yang telah dulu pernah dijawab oleh guru kita, ulama kita, Syeikh Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy rhm.
Untuk versi audio atau videonya bisa klik link di bawah ini
https://www.mediafire.com/file/9mz93n118in10ho/ISLAM+PECAH+73+GOLONGAN.mp3/file
https://youtu.be/1uM7781pqwc
Dengarkan sampai tuntas
Versi terjemahannya :
Jawaban Syeikh Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy rhm. cukup unik yaitu kita harus teliti baca matan hadits itu. Lalu juga wajib membedakan antara penyebutan 'umat Nabi ﷺ' dengan 'muslimin' atau umat Islam.
Lho memangnya berbeda?
Dalam hal ini berbeda. Dalam teks hadits, yang dibilang terpecah jadi 73 golongan itu ternyata bukan muslimin, tapi disebut dengan 'umatku'.
Siapakah yang dimaksud dengan 'umatku' oleh Beliau ﷺ?
Mereka adalah seluruh umat manusia yang hidup di era Nabi Muhammad ﷺ hingga hari kiamat.
Ingat bahwa Nabi Muhammad ﷺ tidak diutus hanya kepada orang Arab saja, tetapi kepada seluruh umat manusia.
Jadi seluruh umat manusia itu adalah umat Nabi Muhammad ﷺ. Istilahnya 'umat dakwah' alias umat yang jadi objek dakwahnya Beliau ﷺ
Berarti semua manusia terhitung sejak zaman Nabi ﷺ hingga hari kiamat nanti, apapun agama yang mereka anut, bangsa mana pun, warna kulit manapun, semuanya adalah objek dakwah Nabi ﷺ. Mereka itulah yang dimaksud dengan 'umatku' dalam hadits di atas.
Lalu kita yang beragama Islam ini, umat apa namanya?
Nah kita muslimin ini umat Nabi ﷺ juga. Tapi lebih khusus lagi keanggotaannya. Disebutnya umat istijabah. Umat yang sudah menerima agama yang Beliau ﷺ bawa sekaligus sudah menjalankan syariatnya.
Kita hampir 2 milyar umat Islam sedunia ini adalah umat istijabah. Kita semuanya sudah dijamin masuk surga pada akhirnya. Tidak termasuk yang 72 golongan dan masuk neraka.
Kalau pun masuk neraka, itu karena dosa masing-masing saja. Terpaksa kudu mampir di neraka, maka sebatas menebus dosa sebentar. Tapi nanti ujung-ujungnya akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke surga.
Sedangkan umat dakwah yang lain, yang belum sampai ke level istijabah, mereka itulah yang matinya pada masuk neraka. Status mereka itu memang non muslim, karena sudah diajak menerima risalah tapi ogah dan berpaling.
Memang jumlahnya banyak juga. Digambarkan sampai 72 kelompok dan wajar kalau pada masuk neraka. Wajar kalau yang masuk surga cuma satu kelompok saja.
Siapa?
Ya yang menerima ajakan dakwah Nabi SAW dan para shahabatnya. Teknisnya yang mengucapkan dua kalimat syahadat. Artinya mereka itu muslim.
NOTE
Konyolnya, kelompok TAKFIRI* ini malah ingin mementahkan lagi dakwah Nabi ﷺ. Kita semua yang sudah pada bersyahadat ini masih mau dibilang kafir juga.
Sudah capek-capek dimasukkan ke Islam, eh oleh mereka malah dikeluarkan lagi.
Kan kebangetan itu namanya . . .
والله أعلم بالصواب
Ustadz Ahmad Sarwat MA
=====
¹ Keterangan: Hadits ini diriwayatkan oleh: Abu Dawud, Kitab as-Sunnah, I-Bab Syarhus Sunnah no. 4596, dan lafazh hadits di atas adalah lafazh Abu Dawud. At-Tirmidzi, Kitabul Iman, 18-Bab Maa Jaa-a fiftiraaqi Haadzihil Ummah, no. 2778 dan ia berkata: “Hadits ini hasan shahih.” (Lihat kitab Tuhfatul Ahwadzi VII/397-398).
Ibnu Majah, 36-Kitabul Fitan, 17-Bab Iftiraaqil Umam, no. 3991. Imam Ahmad, dalam kitab Musnad II/332, tanpa menyebutkan kata “Nashara.” Al-Hakim, dalam kitabnya al-Mustadrak, Kitabul Iman I/6, dan ia berkata: “Hadits ini banyak sanadnya, dan berbicara tentang masalah pokok agama.”
Ibnu Hibban, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Mawaariduzh Zhamaan, 31-Kitabul Fitan, 4-Bab Iftiraqil Ummah, hal. 454, no. 1834. Abu Ya’la al-Maushiliy, dalam kitabnya al-Musnad: Musnad Abu Hurairah, no. 5884 (cet. Daarul Kutub Ilmiyyah, Beirut).
Ibnu Abi ‘Ashim, dalam kitabnya as-Sunnah, 19-Bab Fii ma Akhbara bihin Nabiyyu -ﷺ- anna Ummatahu Sataftariqu, I/33, no. 66. Ibnu Baththah, dalam kitab Ibanatul Kubra: Bab Dzikri Iftiraaqil Umam fii Diiniha, wa ‘ala kam Taftariqul Ummah? I/374-375 no. 273 tahqiq Ridha Na’san Mu’thi.
Al-Ajurri, dalam kitab asy-Syari’ah: Bab Dzikri Iftiraqil Umam fii Diinihi, I/306 no. 22, tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Umar bin Sulaiman ad-Damiiji.
Perawi Hadits : a. Muhammad bin ‘Amr bin ‘Alqamah bin Waqqash al-Allaitsiy. Imam Abu Hatim berkata : “Ia baik haditsnya, ditulis haditsnya dan dia adalah seorang Syaikh (guru).”
Imam an-Nasa-i berkata: “Ia tidak apa-apa (yakni boleh dipakai), dan ia pernah berkata bahwa Muhammad bin ‘Amir adalah seorang perawi yang tsiqah.”
Imam adz-Dzahabi berkata: “Ia adalah seorang Syaikh yang terkenal dan hasan haditsnya.” Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata : “Ia seorang perawi yang benar, hanya padanya ada beberapa kesalahan.” (Lihat al-Jarhu wat Ta’dilu VIII/30-31, Mizaanul I’tidal III/ 673 no. 8015, Tahdzibut Tahdzib IX/333-334, Taqribut Tahdzib II/119 no. 6208.)
b. Abu Salamah, yakni ‘Abdurrahman bin ‘Auf : Beliau adalah seorang perawi yang tsiqah, Abu Zur’ah berkata : “Ia seorang perawi yang tsiqah.” (Lihat Tahdzibut Tahdzib XII/115, Taqribut Tahdzib II/409 no. 8177.)
Derajat Hadits Hadits di atas derajatnya hasan, karena terdapat Muhammad bin ‘Amr, akan tetapi hadits ini menjadi shahih karena banyak syawahidnya. Imam at-Tirmidzi berkata : “Hadits ini hasan shahih.”
Imam al-Hakim berkata: “Hadits ini shahih menurut syarat Muslim dan keduanya (yakni al-Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.”
Dan al-Hafizh adz-Dzahabi pun menyetujuinya. (Lihat al-Mustadrak Imam al-Hakim: Kitaabul ‘Ilmi I/128.) Ibnu Hibban dan Imam asy-Syathibi telah menshahihkan hadits di atas dalam kitab al-I’tisham (II/189).
Komentar
Posting Komentar