Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

*Ahli Hadits Berbicara Tentang Yahya bin Yaman*

وَسَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ يَمَانٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ سُفْيَانَ، يَقُولُ : "الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا، وَالْبِدْعَةُ لا يُتَابُ مِنْهَا" "Bid'ah lebih disukai iblis dibandingkan maksiat, karena pelaku maksiat lebih mudah bertaubat, sedangkan pelaku bid'ah itu sulit bertaubat” [Al-Musnad Aliy bin Ja’d : 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis : 22]. Atsar di atas dapat dilihat juga di ;  Imam Baihaqi, Hilyatil Auliya : 7/26 Syu’abul-Iimaan no. 9009, Ibnu Basyraan Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 238, Abdullah Al-Anshaariy, Jam’ul-Juyuusy no. 35. Dzammul-Kalaam wa Ahlih 5/120-121 no. 914; semuanya dari jalan Yahyaa bin Yamaan, dari Sufyaan Atsa-Tsauriy rhm. Ternyata Yahya rhm seorang yang saduuq. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 189 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1070 no. 7729]. Meskipun lemah, namun m

AGAR BAHASA ARAB KITA TERUS LANJUT

  Problem yang sering menghantui para pembelajar bahasa Arab adalah : TERHENTI atau BERHENTI. Dari lubuk hati yang paling dasar, rasanya ngga ada yang ingin berhenti belajar. Betul kan? Mana ada orang yang ingin terhenti belajarnya. Semua juga kalau ditanya apakah mau lanjut terus sampai bisa? Pasti jawabannya IYA. Hanya memang ada saja kendalanya. Dari semua kendala yang ada, yang sering menjadi faktor yang membuat kita berhenti adalah Hilangnya Orientasi. Dengan kata lain, hilangnya kondisi yang menuntut kita harus belajar. Misalnya, rencana mau kuliah di Timur Tengah batal. Akhirnya kuliah ke Jerman. Otomatis ngga merasa perlu lagi belajar bahasa Arab. Contoh lain, rencana mau kerja di negara Arab batal. Atau ikut pengajian yang awalnya pakai kitab bahasa Arab, lalu berubah jadi kitab terjemahan.  Lantas bagaimana agar kita terus bisa lanjut dan bertahan? 7 Hal ini jawabannya: 1. Sadarilah terus bahwa belajar bahasa Arab itu wajib. Ada perasaan bersalah bahkan berdosa kalau berhenti

Cabang-Cabang Ilmu Hadits

  1. Ilmu Rijal Al-Hadits Ilmu rijal al-hadits adalah ilmu yang membahas para rawi dari kalangan sahabat, tabi’in, dan generasi-generasi sesudahnya. عِلْمٌ يعْرَفُ بهِ رُوَّاةُ اْلحَدِيثِ مِنْ حَيْثُ أَنَّهُمْ رُوَّاةٌ لِلْحَدِيْثِ Artinya: Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis. Objek kajian hadis pada dasarnya ada dua yaitu kajian sanad dan matan. Ilmu  rijāl al-hạdīs  ׂ ini lahir bersamaan dengan periwayatan hadis dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan sanad. Oleh sebab itu, kajian sanad sangat penting dalam kajian ilmu hadis. Di antara kitab-kitab  rijal rijāl al-hạdīs  adalah  Tabaqāt Al-Qubrā  karya Muhammad ibn Sa’ad (w 230 H),  Ta baqāt Al-Ruwwah  karya Khalifah ibn ‘Asf̣ arī ( w. 240 H).  Al-Istī’ab fī Ma’rifat aṣ-Ṣaḥābah  karya Ibn Abd al-Barr (w. 463 H/1071 M), 2. Ilmu Al-Jarh wa At-Ta'dil Secara bahasa, kata al-jarh artinya cacat atau luka dan kata al-ta’dil artinya menga

CABANG ILMU BAHASA ARAB

Untuk mengetahui seluk beluk bahasa Arab yang masyhur itu lebih jauh dan untuk menilai keindahan kalimat baik prosa maupun puisi, maka sastrawan-sastrawan Arab telah menetapkan 13 cabang ilmu yang bertalian dengan bahasa yang disebut dengan  "Ulumul Arabiyah" "Ulumul Arabiyah" bisa disebut linguistik Arab itu terdiri dari : 1. Ilmu Lughah:  llmu pengetahuan yang menguraikan kata-kata  (lafaz)  Arab besamaan dengan maknanya. Dengan pengetahuan ini, orang akan dapat mengetahui asal kata dan seluk beluk kata. Tujuan ilmu ini untuk memberikan pedoman dalam percakapan, pidato, surat-menyurat, sehingga seseorang dapat berkata-kata dengan baik dan menulis dengan baik pula. 2. Ilmu Nahwu:  Ilmu pengetahuan yang membahas prihal kata-kata Arab, baik ketika sendiri (satu kata) maupun ketika terangkai dalam kalimat. Dengan kaidah-kaidah ini orang dapat mengatahui Arab baris akhir kata (kasus), kata-kata yang tetap barisnya  (mabni),  kata yang dapat berubah  (mu'rab). Tujua

PENYIMPANGAN MAKNA AMR dari ASLINYA

Penyebab adanya penyimpangan dari makna asal amr kepada makna-makna lainnya salah satunya ada karena pengaruh situasi dan kondisi.  1. Amr adalah perintah dari atasan kepada bawahan berubah menjadi bukan lagi tuntutan.  2. Amr bisa berasal dari pihak yang di bawah.  3. Amr harus dijauhi, meski menggunakan shigat amr.  Berikut adalah beberapa penyimpangan tersebut. ١. الدعاء Amr yang bermakna do’a QS 2 : 201 "Ya Robb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan perihalah kami dari siksa neraka.  "رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Bila maknanya tidak menyimpang, maka akan terjadi ketidaksopanan terhadap Allah. Seolah-olah kita memerintahNya untuk memberi. ٢. الإِرشَادُ : nasehat Amr yang bermakna nasehat QS 2 : 282 يَاَيُّهَا الَّذْ يْنَ ءَامَنُوْ ا إِذَا تَدَ يَنْتُمْ بِدَ يْنٍ إِلَى اَجَلٍ مُسَمًّى *فَاكْتُبُوْهُ* Hai orang-orang yang beriman apabila kamu berhutang untuk waktu yang ditentukan, hendak

FUNGSI ADZAN

  Banyak kalangan yang kurang memahami status adzan. Dikiranya adzan itu semata-mata hanya panggilan untuk shalat saja. Maka seringkali mereka yang kurang paham ini bikin keributan melulu di tengah masyarakat. Dia merasa lebih tinggi ilmunya dan mudah sekali menyalah-nyalah kan orang. Padahal orang-orang yang dia salahkan itu yang justru lebih teredukasi dengan ilmu-ilmu keislaman ketimbang dirinya. 1. Adzan untuk bayi dianggap bid'ah, hanya semata-mata karena menuduh haditsnya dhaif. Padahal dia sendiri tidak pernah belajar ilmu hadits. Apa yang dia tuduhkan sebagai dhaif itu ternyata sekedar copy paste belaka dari orang yang keabsahan ilmu haditsnya masih jadi polemik. Sementara ada segitu banyak ulama, baik ahli hadits atau pun ahli fiqih yang mengakui keberadaan adzan untuk bayi. Termasuk juga para ulama mazhab Hambali pun menerima hadits adzan bayi ini. 2. Adzan ketika ada bencana alam, juga disalah-salahka n. Dituduhnya bahwa tidak ada hadits tentang adzan saat bencana. Dan t

Apakah Boleh Ulama Khalaf ( Masa Kini ) Menilai Hadits?

  Penilaian hadis hanya dilakukan ulama yang berkompeten. Pertanyaan ini muncul bukan tanpa sebab. Belakangan, sejumlah cendekiawan masa kini tampil menghukumi hadis dengan ragam kualitasnya, mulai dari sahih, hasan, lemah ( daif ), atau palsu ( maudhu' ) sekalipun. Tak jarang, sepak terjang para cendekiawan tersebut cenderung menyalah-nyalahkan kesimpulan para ulama hadis terdahulu. Lalu, bolehkah ulama masa kini ikut andil dalam menghukumi hadis? Bukankah ragam derajat hadis telah ditetapkan ahli hadis pada era klasik? Ada setidaknya lima syarat sebuah hadis dinyatakan sahih, yakni kesempurnaan jejaring periwayatan ( sanad) , kualitas spiritual atau moralitas perawi ( 'adalah ), kecermatan perawi ( dhabth ), dan sterilnya hadis dari dua kekuarngan, yakni  syadz  (berselisih dengan riwayat lain) atau  'illat , yakni cacat baik yang terdapat dalam sanad, perawi, ataupun redaksi (matan) hadis. Ketiga syarat pertama bisa ditelusuri lewat segudang referensi ilmu perawi  ilm ri

KUPAS TUNTAS HUKUM PUASA RAJAB DALAM PERSPEKTIF EMPAT MAZHAB

  Rajab merupakan bulan ketujuh dalam hitungan kalender hijriyah. Bulan ini termasuk salah satu bulan dari empat bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt. Hal ini sangat jelas termakhtub dalam firman Allah SWT yang berbunyi: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ التوبة: 36 “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah itu ada dua belas bulan (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Diantaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu. Dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuannya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”  (