KAIDAH-KADIAH USHUL FIKIH
﷽
A. AMAR DAN NAHI
1. Amr (امر)
Amr secara bahasa berasal dar bahasa Arab, yaitu suruhan, perintah, dan perbuatan. Sedangkan secara istilah, tuntutan perbuatan dari atasan kepada bawahan yang didalamnya terdapat kaidah istimbat hukum¹.
Jadi, amar adalah suatu lafal yang digunakan oleh orang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah derajatnya agar melakukan suatu perbuatan. Begitu juga perintah Allah SWT kepada manusia.
لفظ يطلب به الأعلى ممن هو أدنى منـه فعــلا من غير كــف
‘Amr adalah lafaz yang digunakan oleh orang yang lebih tinggi kepada orang yang lebih rendah derajatnya untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat ditolak.
Untuk mengetahui bentuk amr dalam bahasa Arab, ada beberapa bentuk yang menunjukkan arti perintah. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut² :
2. Bentuk-Bentuk ‘Amr
2. A. Fi’il ‘Amr, seperti :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ....
"Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat...." An-Nur : 56
2. B. Fi’il Mudhari diawali dengan lam ‘amr, seperti :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ ...
M“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, .... Ali Imron : 104
2. C. Isim Fi’il ‘Amr, seperti :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ...
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian, .... Al Maidah : 105
2. D. Masdar pengganti Fi’il, seperti :
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ...
".... hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya ... Al Isro : 23
2. E. Jumlah khabariyah/kalimat berita, seperti :
وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ ...
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' .... 2 : 228
Kata-kata yang mengandung makna perintah, seperti :
أمـر- كتب – فـرض
¹Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih, Jakarta: Rajawali Pers, 1993, hal:178
²Syafi’i Karim, Fiqih-Ushul fiqih, Bandung: Pustaka Setia, 1997, hal: 223
=====
3. Kaidah-kaidah ‘Amr, seperti :
Kaidah pertama :
“Pada dasarnya perintah itu menunjukkan wajib.”
الاَصْلُ فِى الاَمْرِ لِلْوُجُوْبِ
Kecuali jika ada qarinah yang dapat mengalihkan lafadz 'Amr itu dari arti wajib kepada arti yang lain, maka hendaklah dialihkan kepada arti lain sesuai yang dikehendaki oleh qarinah tersebut,
إلاَّ ما دَلَّ دَلِيْلٌ على خِلاَفِهِ
penjelasan di atas bisa dijabarkan sebagai berikut¹ :
1) An-Nadbu artinya sunah atau anjuran اَلنَّدَب
فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا
“Maka hendaklah kamu buat perjanjian mukatabah dengan mereka bila kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka.” (QS an-Nur/24 : 33)
2) Al Irsyadu artinya membimbing atau memberi petunjuk اَلاِْرْشَادُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وأشـهدوا إذا تبايعتم
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berhutang sampai masa yang ditetapkan, hendaklah kamu menulisnya. “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”. Al Baqoroh : 282
[ Ada perbedaan antara bentuk nadb dan irsyad. Nadb diharapkan mendapat pahala, sedangkan Irsyad untuk kemaslahatan serta kebaikan yang berhubungan dengan adat istiadat atau sopan santun. ]
3) At-Tahdid artinya ancaman التَّهدِيد
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ... إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Kerjakanlah sekehendakmu” (QS. Fushilat/41 : 40)
4) Ibahah artinya membolehkan الإِبَاحَـة
… وَكُلُوا وَاشْرَبُوا…
“Makan dan minumlah kamu …” (QS Al-Baqarah : 187)
5) At -Taskhir, menghina atau merendahkan derajat. التَّسخِيرُ
كـونـوا قردة خاشعـين
“jadilah kamu kera yang hina”. QS. Al-Baqoroh: 65
6) At-Ta’jiz, menunjukkan kelemahan lawan bicara. التَّعجِيزُ
فـأتوا بسورة من مثــله
“Buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran”. QS. Al-Baqoroh: 23
7) At-Taswiyah, menerangkan sama saja antara dikerjakan dan tidak. التَّسوِيَة
فاصبروا أو لاتصبروا سواء عليكم
“masuklah kamu kedalamnya (rasakanlah panas api) maka baik kamu bersabar atau tidak sama saja”. QS. At-Thur: 16
8. At-Takzib, mendustakan. الَّكذِبُ
قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقــين
“tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar” QS. Al-Baqoroh:111
9) At-Talhif, membuat sedih atau merana. التَّلحِيفُ
قل مـوتـوا بـغيـظكم
“matilah kamu dengan panasnya hatimu (kemarahanmu)”. QS. Ali Imran: 119
10) Ad-Doa, memohon. الدُّعَاءُ
ربنا آتنـا فى الدنيا حسنــــة
“Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat” QS. Al-Baqoroh: 201
¹Teuku Muhammad Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, hal: 328-330 √
=====
Kaidah kedua :
"Perintah yang terjadi setelah larangan, memberi pengertian Ibahah (boleh).".
الأَمْرُ بَعْدَ النَّهْيِ يُفِيْدُ الإِباحَة.
Sebab kebiasaan penggunaan yang segera dimengerti oleh hati adalah demikian (pengertian yang segera dimengerti oleh hati adalah tanda kebenaran). -- al-Maidah : 1 --
Kaidah ketiga
“Pada dasarnya perintah (Amar) itu tidak menuntut dilaksanakan segera."
الاَصْلُ فِى الاَمْرِ لاَ يَقْتَضِى الفَوْرَ.
Puasa Ramadhan yang ditinggalkan itu boleh ditunda mengerjakannya, asal tidak melalaikan pekerjaan itu dan sebelum masuk Ramadhan berikutnya. -- QS Al-Baqarah : 184 --
Kaidah keempat :
“Pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki berulang-ulangnya pekerjaan yang dituntut.”
الاَصْلُ فِى الاَمْرِ لاَ يَقْتَضِى التِكْرَار.
“Pada dasarnya perintah itu tidak menghendaki berulang-ulangnya pekerjaan yang dituntut.”.-- QS Al-Baqarah/2 : 196 --
Kaidah kelima
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya / perantara.”
الاَمْرُ بِالشَّيْئِ اَمْرٌ بِوَسَائِلِهِ
Misalnya, perintah mendirikan shalat berarti perintah untuk berwudhu, karena wudhu merupakan salah satu syarat sahnya shalat.
Komentar
Posting Komentar