DUA HAL YANG TIDAK DIMILIKI OLEH MUNAFIQ
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ أَيُّوبَ الْعَامِرِيُّ عَنْ عَوْفٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَصْلَتَانِ لَا تَجْتَمِعَانِ فِي مُنَافِقٍ حُسْنُ سَمْتٍ وَلَا فِقْهٌ فِي الدِّينِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَلَا نَعْرِفُ هَذَا الْحَدِيثَ مِنْ حَدِيثِ عَوْفٍ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ هَذَا الشَّيْخِ خَلَفِ بْنِ أَيُّوبَ الْعَامِرِيِّ وَلَمْ أَرَ أَحَدًا يَرْوِي عَنْهُ غَيْرَ أَبِي كُرَيْبٍ مُحَمَّدِ بْنِ الْعَلَاءِ وَلَا أَدْرِي كَيْفَ هُوَ
"Dua hal yang tidak akan berkumpul pada diri orang munafik, yaitu; akhlaq yang baik dan pemahaman dalam masalah agama." -- HR Sunan Trimidzi, 9:298 --
Two qualities are not found together in a hypocrite : good behaviour and knowledge of religion.” transmitted by Turmudzi : 291
Abu Isa berkata; Hadis ini gharib, dan kami tidak mengetahui hadis ini dari 'Auf kecuali dari hadis syaikh ini, yaitu Khalaf bin Ayyub Al 'Amiri, dan saya tidak melihat seorang pun yang meriwayatkan darinya selain Abu Kuraib Muhammmad bin Al Ala` sementara saya tidak tahu tentang dia." Hadis ini memiliki penguat sebagai berikut: Sunan Nasai 4925
HR Trimidzi (Sunan, 9:298), Thabrani (al-Mu’jam al-Kabir, 19:484; dan al-Mu’jam al-Ausath, 17:319) dari Abu Hurairah. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini sanadnya gharib,
هَاتَانِ الخَصلَتَانِ لا تَكُونَانِ في مُنَافِقٍ، بل ولا وَاحِدَةٌ مِنهُمَا.
Kedua sifat ini tidak ada pada orang munafik, bahkan tidak salah satunya.
الخَصلَةُ الأُولَى: حُسْنُ سَمْتٍ: يَعنِي: حُسْنَ هَيئَةٍ ومَنظَرٍ في الدِّينِ لا تَكُونُ في مُنَافِقٍ، ولا يَكُونُ فِيهِ خُلُقٌ حَسَنٌ وسِيرَةٌ حَسَنَةٌ وطَرِيقَةٌ حَسَنَةٌ حَقِيقَةً، ولكن قد يَتَزَيَّنُ بِزِيِّ الصَّالِحِينَ، غَيرَ أنَّهُ يُفضَحُ في نِهَايَةِ الأمرِ .
Bermakna Baik Kondisinya dan dalam pandangan agama tidak dalam keadaan munafik, dan di dalamnya akhlaq dan biogradi yang baik dan dengan cara yang benar, tetapi dapat menghiasi dirinya dengan berpakaian shaleh, hanya saja ia mengekspos pada akhir perkara.
الخَصلَةُ الثَّانِيَةُ: فِقهٌ في الدِّينِ، يَعنِي لا يَكُونُ عِندَهُ فِقْهٌ يُوَرِّثُهُ التَّقوَى، لأنَّ الفِقهَ الحَقِيقِيَّ هوَ من حَجَزَ صَاحِبَهُ عن المُخَالَفَاتِ الشَّرعِيَّةِ
Fikih dalam agama, artinya dia tidak memiliki pemahaman yang mewariskan ketakwaan, karena fikih hakikatnya adalah yang menjaga pemiliknya dari pelanggaran hukum syariat.
وبناء على ذلك:
فَحُسْنُ السَّمْتِ والفِقْهُ في الدِّينِ لا يَجتَمِعَانِ في مُنَافِقٍ، بل ولا وَاحِدَةٌ من هَاتَينِ الخَصلَتَينِ، وقد يَكُونُ الإنسَانُ حَسَنَ الهَيئَةِ في الظَّاهِرِ، وهوَ في البَاطِنِ خَرَابٌ، قال تعالى: ﴿وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ﴾.
Maka jalan yang baik dan faham agama keduanya tidak berkumpul pada diri seorang munafik, tapi juga tidak pada salah satu dari kedua tabiat ini, dan kondisi manusia zohirnya baik, tapi batinnya runtuh. QS Al Munafiqun : 4
وقد يَكُونُ الإنسَانُ عَالِمَاً، ولكنْ ما انتَفَعَ بِعِلمِهِ، وكَانَ عِلمُهُ حُجَّةً عَلَيهِ يَومَ القِيَامَةِ، وكَانَ ضَلالُهُ على عِلْمٍ، وهوَ مُندَرِجٌ تَحتَ قَولِهِ تعالى: ﴿أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ﴾.
Seseorang boleh saja berilmu, tetapi dia tidak mengambil manfaat dari ilmunya, dan ilmunya itu menjadi hujjah terhadapnya pada hari kiamat, dan kesesatannya bertentangan dengan ilmu, dan dia termasuk dalam firmanNYA
أسأَلُ اللهَ تعالى صَفَاءَ السَّرِيرَةِ، وحُسْنَ السِّيرَةِ، والعِلمَ النَّافِعَ
Komentar
Posting Komentar