Tiga Tanda Haji Mabrur
Ribuan jemaah haji mulai kembali ke tanah air secara bertahap. Kisah haru, rindu, dan bahagia bercampur baur tatkala mereka bertemu dengan keluarga di kampung halaman.
Tiap jemaah haji pasti berharap mendapatkan predikat haji mabrur. Soal ini, hanya Allah SWT yang tahu.
Hanya saja, Rasulullah saw telah memberikan gambaran atau tanda-tanda haji mabrur, melalui sabdanya. Semoga artikel ini dapat memberikan gambaran singkat mengenai kriteria haji mabrur.
Memberi makan orang lain dan berucap yang baik
Orang yang baik adalah orang banyak memberi manfaat kepada orang lain. Makanan adalah kebutuhan pokok bagi seluruh manusia. Mengingat makanan adalah kebutuhan pokok sehingga menjadi penting memperoleh dan menikmati makanan sesuai dengan kebutuhan.
Di lain pihak bahwa memberikan makanan kepada orang lain menjadi hal yang sangat baik mengingat bahwa makanan adalah kebutuhan pokok bagi seluruh manusia. Oleh karena itu menjadi sesuailah ketika seseorang mendapatkan haji yang mabrur dan masih berkecukupan untuk memberikan makanan untuk orang lain, maka ia akan lakukan karena efek dari kemabruran hajinya.
Di samping memberi makan kepada orang lain, haji mabrur akan berpengaruh terhadap ucapan-ucapan yang dikeluarkan. Seorang yang beribadah haji selalu berucap dan bersikap yang baik, selalu berusaha mengontrol ucapan-ucapan yang tidak baik, sehingga yang keluar dari lisannya ucapan-ucapan yang baik
Jadi siapa pun yang mendengar ucapannya tersasa sejuk dan membahagiakan lantaran ketika ibadah haji selalu berucap kalimat-kalimat baik dan doa-doa yang baik serta mampu mengontrol ucapan-ucapan yang menyinggung orang lain atau tidak baik. Rasulullah bersabda:
عَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّة، قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا بِرُّهُ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيبُ الْكَلَامِ وفي رواية لأحمد والبيهقي إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
Artinya: ’’Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah bersabda, haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga. Lalu sahabat bertanya, wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya? Rasulullah menjawab, memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik." (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi)
Menebar kedamaian
Setiap manusia dalam menjalani hidupnya baik keluarga maupun masyarakat mendambakan kedamaian, tak ada keributan, kerusuhan, percekcokan, apalagi permusuhan yang tak berujung.
Salah satu makna Islam adalah selamat, sehingga semua masyarakat yang beragama Islam mendambakan keselamatan yang juga beriringan dengan kedamaian. Tak ada kedamaian tanpa keselamatan, tak ada keselamatan tanpa adanya keinginan dari manusianya untuk selamat. Oleh karena itu, mendorong dan mendukung serta menfasilitasi keselamatan dan kedamaian orang lain menjadi sangat penting bagi kita dan seluruh umat manusia di dunia ini.
Orang yang menebar kedamaian dengan melakukan kebaikan-kebaikan, dari lisannya, sikapnya maupun hartanya, menjadi satu sikap yang berusaha ditunjukkan oleh orang yang mendapatkan haji yang mabrur dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini boleh jadi merupakan pengaruh ketika beribadah haji yang selalu berusaha untuk berbuat baik, saling menolong, dan selalu berpikir positif terhadap sikap-sikap yang ditunjukkan orang lain ketika ibadah haji, sehingga selalu kebaikan dan kebaikan yang dipikirnya dan diusahakannya ketika ibadah dan tentunya berpengaruh ketika sudah pulang ke kampung halaman karena mendapatkan haji mabrur. Rasulullah bersabda:
قالوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ؟ قال: “إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
“Para sahabat berkata, wahai Rasulullah ﷺ, apa itu haji mabrur? Rasulullah ﷺ menjawab, memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.” (HR Ahmad)
Tidak Mengonsumsi Harta Haram
Setiap manusia membutuhkan harta dan selalu berusaha mencari harta ketika masih hidup di dunia. Dalam usaha mencari dan mengonsumsi harta sangat penting untuk selalu dalam koridor harta yang halal dan thoyib. Mengonsumi harta yang halal dan thoyib akan berpengaruh kepada perilaku penggonsumsinya.
Dalam rangka mengharap kemabruran dalam ibadah haji, maka seseorang yang berangkat haji akan berusaha memperbaiki diri baik sikap maupun makanan yang dikonsumsi. Jika dia memiliki kesalahan kepada Allah, maka dia akan beristighfar dan meminta ampun kepadaNya. Jika dia memiliki dosa kepada sesama, maka dia akan meminta maaf. Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا
"Sungguh Allah baik, tidak menerima kecuali yang baik." (HR Muslim: 1015)
Komentar
Posting Komentar